Kamis, 15 Maret 2012

Gaya Sentrifugal


Gaya sentrifugal sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita menumpang mobil yang sedang bergerak di tikungan, biasanya tubuh kita terhempas ke kiri jika mobil menikung ke kanan atau sebaliknya tubuh kita terhempas ke kanan jika mobil menikung ke kiri. Aneh ya, mengapa tubuh kita bisa terhempas? fenomena ini tidak hanya terjadi ketika kita menumpang mobil saja tetapi juga ketika kita menumpang setiap benda yang bergerak melingkar. Masih ada lagi yang menarik.Jika kita berada di dalam sebuah mobil yang mula-mula diam, biasanya tubuh kita terhempas ke belakang jika mobil bergerak secara tiba-tiba ke depan. Demikian juga sebaliknya, jika mobil yang sedang kita tumpangi sedang bergerak kencang direm secara tiba-tiba maka tubuh kita akan sempoyongan ke depan.

Jika dirimu pernah belajar hukum I Newton maka pasti tidak asing lagi dengan review ini. Menurut hukum I newton, fenomena ini terjadi karena adanya inersia atau kelembaman. Setiap benda yang sedang diam cenderung untuk diam alias tidak mau bergerak, sebaliknya setiap benda yang sedang bergerak cenderung untuk tetap bergerak. Nah, bagaimana jika yang kita tinjau bukan penumpang tetapi sebuah kelereng, misalnya? jika kita menempatkan sebuah kelereng di atas lantai mobil maka kelereng akan bergerak ke belakang (kelereng dipercepat ke belakang) ketika mobil dipercepat ke depan. Sebaliknya jika mobil yang sedang bergerak direm secara tiba-tiba (mobil diperlambat) maka kelereng akan bergerak ke depan (kelereng dipercepat ke depan). Ingat ya, dalam kasus ini kelereng mengalami percepatan ... Hal yang sama bisa juga terjadi pada penumpang, sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Kadang penumpang hanya terhempas saja, kadang penumpang bisa saja terlempar ... ketika penumpang terlempar, penumpang tersebut juga mengalami percepatan ... nah, apakah peristiwa ini hanya bisa dijelaskan dengan inersia alias kelembaman? Gaya semu Dalam hukum II newton, kita belajar bahwa jika sebuah benda mengalami percepatan maka pasti ada gaya total yang bekerja pada benda tersebut. Dalam hal ini setiap percepatan pasti terjadi akibat adanya gaya total. Gaya total tuh jumlah semua gaya yang bekerja pada suatu benda ... gaya total bisa saja berupa sebuah gaya tunggal seperti gaya dorong, gaya tarik, gaya tendang, gaya tegangan tali, gaya normal, gaya gravitasi dkk ... gaya total juga bisa saja merupakan jumlah dari beberapa gaya yang bekerja pada suatu benda. Sekarang mari kita tinjau kasus terlemparnya penumpang atau kelereng yang dipercepat menggunakan hukum II newton .. Hukum II newton mengatakan bahwa jika suatu gaya total bekerja pada benda, maka benda tersebut akan mengalami percepatan, di mana arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Kalimat ini bisa dibalik menjadi seperti ini: jika suatu benda mengalami percepatan maka pasti ada gaya total yang bekerja pada benda tersebut, di mana arah percepatan benda sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya ... Btw, benarkah ada gaya total yang bekerja pada kelereng yang dipercepat atau penumpang yang terlempar? Jika kita berada di dalam sebuah mobil, pada tubuh kita hanya bekerja gaya gravitasi alias gaya berat dan gaya normal. Kedua gaya ini bekerja pada arah vertikal, bukan pada arah horisontal. Demikian halnya dengan kelereng ... jika kita menempatkan sebuah kelereng dalam mobil maka pada kelereng hanya bekerja gaya gravitasi dan gaya normal.Sekali lagi, kedua gaya ini bekerja pada arah vertikal, bukan pada arah horisontal ... jika mobil dipercepat kedepan maka kelereng akan dipercepat ke belakang. Demikian halnya dengan penumpang jika penumpang terlempar ke belakang (penumpang dipercepat ke belakang) ketika mobil dipercepat ke depan .... Perhatikan bahwa percepatan yang dialami oleh kelereng atau penumpang terjadi pada arah horisontal, bukan vertikal ..tidak ada gaya yang bekerja pada arah horisontal. Hanya ada gaya yang bekerja pada arah vertikal, yakni gaya gravitasi dan gaya normal ... satu-satunya gaya yang bekerja pada arah horsiontal adalah gaya gesekan. Btw, gaya ini bekerja pada roda mobil ... gaya ini yang menyebabkan mobil mengalami percepatan. Jika tidak ada gaya berarah horisontal yang bekerja pada penumpang atau kelereng, mengapa penumpang atau kelereng bisa mengalami percepatan pada arah horisontal? bukankah hukum II newton mengatakan bahwa jika suatu benda mengalami percepatan maka pasti ada gaya yang bekerja pada benda tersebut? wah, berarti hukum II newton keliru!! Butuh diperbaikikah? tidak perlu ... hukum II newton benar adanya ... hukum II newton terbukti benar dalam banyak persoalan. Tetapi untuk kasus kelereng dan penumpang sebagaimana dijelaskan sebelumnya, hukum II newton tidak terjadi ... istilah kerennya, kelereng atau penumpang tersebut berada dalam kerangka acuan non inersia alias kerangka acuan yang dipercepat ... dalam kerangka acuan noninersia, hukum newton tidak terjadi. Lalu bagaimana kita menjelaskan kasus penumpang atau kelereng yang terlempar tersebut? Agar bisa menjelaskan hal tersebut, kita harus menggunakan hukum II newton ... kok terpaksa sich? yupz ... satu-satunya hukum fisika yang menjelaskan hubungan antara percepatan dan penyebab terjadinya percepatan (gaya) adalah hukum II newton ... jadi mau tidak mau kita harus mengatakan bahwa ada gaya yang bekerja pada penumpang atau kelereng. Nah, gaya ini kita beri julukan gaya semu alias gaya palsu alias gaya inersia. gaya semu benar-benar tidak ada ... ini cuma rekaan atau karangan kita saja agar bisa menjelaskan persoalan penumpang atau kelereng yang dipercepat ... Sebaliknya gaya seperti gaya tarik, gaya dorong, gaya tegangan tali, gaya gesekan dkk benar-benar ada. Besarnya gaya semu yang bekerja pada penumpang atau kelereng yang terlempar dianggap sama dengan ma, di mana m = massa benda yang dipercepat dan a = besar percepatan yang dialami oleh benda tersebut. Gaya sentrifugal Ketika kita menumpang mobil yang sedang bergerak di tikungan, biasanya tubuh kita terhempas atau terlempar ke kiri jika mobil menikung ke kanan atau sebaliknya tubuh kita terhempas atau terlempar ke kanan jika mobil menikung ke kiri. Mengapa tubuh kita bisa terhempas atau terlempar? dengan kata lain, mengapa tubuh kita dipercepat? Hukum II newton mengatakan bahwa di mana ada percepatan maka di situ ada gaya Karena tubuh kita terhempas atau terlempar atau dipercepat ke kiri ketika mobil menikung ke kanan, berarti ada gaya berarah ke kiri yang bekerja pada tubuh kita.Demikian juga jika tubuh kita dipercepat ke kanan saat mobil menikung ke kiri berarti ada gaya berarah ke kanan yang bekerja pada tubuh kita.Benarkah ada gaya yang mempercepat tubuh kita? Sebelum menyimpulkan apakah ada gaya yang mempercepat tubuh kita, mari kita tinjau gaya-gaya yang bekerja baik pada penumpang atau di mobil. Ketika kita duduk dala mobil, hanya ada gaya gravitasi dan gaya normal yang bekerja pada tubuh kita. Kedua gaya gaya ini bekerja pada arah vertikal, bukan horisontal ... Gaya yang bekerja pada arah horisontal adalah gaya gesekan, tetapi gaya ini bekerja di roda mobil. Gaya gesekan berperan sebagai gaya sentripetal yang mempercepat mobil ke pusat tikungan sehingga mobil bisa menikung ... Sekali lagi, hukum newton tidak berlaku dalam mobil yang sedang menikung. Mobil yang sedang menikung atau mobil yang sedang mengalami percepatan setripetal termasuk kerangka acuan noninersia. Penumpang yang terlempar dikatakan berada dalam kerangka acuan noninersia. Bagaimana menjelaskan keanehan ini? Hukum II newton dirombak sajakah? huft, jangan dunk, tidak perlu ... Kita bisa mengakalinya.Mau tidak mau, kita berpura-pura mengatakan ada gaya yang bekerja pada penumpang yang terhempas atau terlempar atau dipercepat .... Gaya yang bekerja pada penumpang diberi julukan gaya sentrifugal ... sentrifugal artinya menjahui pusat lingkaran. Arah gaya ini sama dengan arah terhempas atau arah terlemparnya penumpang ketika mobil menikung, yakni menjauhi pusat lingkaran ... besar gaya sentrifugal dianggap sama dengan ma r , di mana m = massa benda yang terlempar dalam mobil atau benda apapun yang sedang bergerak melingkar dan sebuah r = besar percepatan sentripetal. Source: http://www.gurumuda.com/gaya-semu-gaya-sentrifugal 




Senin, 12 Maret 2012


Fraktur pada Anak

Posted by dokterhasan on February 1, 2009
PRINSIP FRAKTUR PADA ANAK-ANAK

Perbedaan tulang anak-anak dengan dewasa
Anak-anak adalah berbeda dengan dewasa. Hal ini sangat penting diketahui bahwa keberhasilan diagnostik dan terapi penyakit ortopedik pada kelompok usia ini berbeda, karena sistem skeletal pada anak-anak baik secara anatomis, biomekanis, dan fisiologi berbeda dengan dewasa. Adanya growth plate (atau fisis) pada tulang anak-anak merupakan satu perbedaan yang besar. Growth plate tersusun atas kartilago. Ia bisa menjadi bagian terlemah pada tulang anak-anak terhadap suatu trauma. Cidera pada growth plate dapat menyebabkan deformitas. Akan tetapi adanya growth plate juga membantu remodeling yang lebih baik dari suatu fraktur yang bukan pada growth plate tersebut. Di bawah ini adalah beberapa karakteristik struktur dan fungsi tulang anak yang membuatnya berbeda :
Remodelling
Tulang immatur dapat melakukan remodelisasi jauh lebih baik daripada dewasa. Karena adanya aktivitas dari populasi sel yang banyak, kerusakan pada tulang dapat diperbaiki lebih baik dari pada kerusakan yang terjadi pada dewasa.
Struktur anatomis tulang anak-anak juga mempunyai fleksibilitas yang tinggi sehingga ia mempunyai kemampuan seperti “biological plasticity”. Hal ini menyebabkan tulang anak-anak dapat membengkok tanpa patah atau hancur; sehingga dapat terjadi gambaran fraktur yang unik pada anak yang tidak dijumpai pada dewasa, seperti pada fraktur buckle (torus) dan greenstick.
Ligamen
Seperti jaringan, ligamen adalah satu jaringan yang “age-resistant” dalam tubuh manusia. Tensile strength (kekuatan tegangan) pada ligamen anak-anak dan dewasa secara umum sama. Meskipun kekuatan tulang, kartilago, dan otot cenderung berubah, struktur ligamen tetap tidak berubah seiring pertumbuhan dan perkembangan.
Periosteum
Bagian terluar yang menutupi tulang adalah lapisan fibrosa dense, yang pada anak-anak secara signifikan lebih tebal daripada dewasa. Periosteum anak-anak sebenarnya mempunyai sebuah lapisan fibrosa luar dan kambium atau lapisan osteogenik. Menurut Hence, periosteum anak-anak mampu memberikan kekuatan mekanis terhadap trauma. Karena periosteum yang tebal, fraktur tidak cenderung untuk mengalami displace seperti pada dewasa, dan periosteum yang intak dapat berguna sebagai bantuan dalam reduksi fraktur dan maintenance. Sebagai tambahan, fraktur akan sembuh lebih cepat secara signifikan daripada dewasa.
Growth Plate
Growth plate atau fisis adalah lempeng kartilago yang terletak di antar epifisis (pusat penulangan sekunder) dan metafisis. Ini penting bagi pertumbuhan tulang panjang agar terjadi. Bagian ini juga menjadi satu titik kelemahan dari semua struktur tulang terhadap trauma mekanik. Fisis, secara histologik terdiri dari 4 lapisan, yaitu :
a. Resting zone: Lapisan teratas yang terdiri dari sel-sel germinal yang datar dan merupakan tempan penyimpanan bahan-bahan metabolik yang akan digunakan nantinya.
b. Proliferating zone: Sel-sel di area ini secara aktif bereplikasi dan tumbuh menjadi lempeng. Sel-sel tersebut disebut seperi tumpukan lempeng. Pada area ini, sel-selnya menggunakan bahan metabolik yang sebelumnya disimpan untuk perjalanan mereka ke metafisis.
c. Hypertrophic zone: Sel-sel di area ini cenderung membengkak dan berubah menjadi lebih katabolik. Sel mempersiapkan matriks untuk mengalami kalsifikasi dan berubah menjadi tulang. Area ini menjadi letak terlemah secara mekanis.
d. Calcied zone: Secara metabolik, matriks menyebar untuk deposisi garam kalsium, dan membentuk osteoid. Di daerah yang dekat metafisis, cabang-cabang pembuluh darah kecil menjalar ke lapisan basal dari lempeng fisis.
1
Gambar 1. Bagian-bagain dari tulang immatur
Trauma pada anak-anak
Bentuk fraktur yang unik pada anak-anak adalah hasil dari perbedaan biologis antara anak-anak dengan dewasa. Secara spesifik, keberadaan lempeng pertumbuhan (growth plate), periosteum yang tebal, serta kemampuan tulang anak-anak yang elastis seperti plastik, dan kemampuan mengalami remodelling adalah dasar dari gambaran fraktur yang khas pada anak-anak.
Pendeskripsian fraktur anak-anak meliputi lokasi anatomi dan gambaran fraktur sebagaimana hubungan fragmen-fragmen fraktur dengan jaringan-jaringan didekatnya. Lokasi anatomi dari fraktur dapat dideskripsikan sebagai diafisis, metafisis, atau epifisis.
Terdapat beberapa gambaran unik pada fraktur anak-anak. Deformasi plastik terjadi ketika tulang membengkok melebihi elastisitasnya, tanpa disertai fraktur yang nyata.
Ini disebut fraktur green stick (sering terjadi di ulna) ketika tulang tampak menjadi bengkok tanpa adanya garis fraktur. Fraktur buckle atau torus terjadi karena kompresi aksial pada metafisial-diafisial junction.Fraktur-fraktur ini stabil dan menyembuh dalam 2-3 minggu dengan immobilisasi. Fraktur yang komplit atau lengkap dikelompokkan menurut arah garis fraktur.
Fraktur preartikular dan artikular
Fraktur artikuler dan preartikuler pada anak-anak merupakan cidera yang tidak dapat dihindari melibatkan fisis. Baik terapi dan prognosis cidera fisis tergantung pada gambaran cidera, sebagai contoh apakah cidera hanya melibatkan fisis, fisis dan metafisis, atau fisis dan epifisis.
Pengelompokan cidera fisis yang sering digunakan adalah klasifikasi Shalter Harris, yang mendriskipsikan dalam 5 (lima) tipe yaitu :
ž SH I: Fraktur pada zona hipertropi kartilago fisis, memisahkan epifisis dan metafisis secara longitudinal; Prognosis baik, biasanya hanya dengan closed reduction, ORIF dapat dilakukan jika stabilitas tidak tercapai atau tidak terjamin.
ž SH 2: Fraktur sebagian mengenai fisis dan fragmen segitiga metafisis; 75% dari semua fraktur fisis.
ž SH 3: Fraktur pada fisis dengan diskontinuitas artikular. Mengenai sebagian fisis, epifisis, dan permukaan sendi. Sering memerlukan ORIF untuk memastikan realignment anatomis.
ž SH IV: Fraktur berjalan oblik melewati metafisis, fisis, dan epifisis.
ž SH V: Lesi kompresi pada fisis; sulit untuk mendiagnosis pada saat cidera. Tidak tampak garis fraktur pada awal rontgen; jarang terjadi; Risiko besar terjadi gangguan pertumbuhan.
2
Gambar 2. Fraktur Salter-Harris
Penatalaksanaan
Closed treatment
Mayoritas fraktur pada anak-anak dan remaja akan ditangani dengan reduksi tertutup dan pembalutan dengan gips atau traksi. Satu-satunya cara untuk menahan reduksi adalah dengan menggunakan gips. Kebanyakan fraktur dapat sembuh dalam beberapa minggu dan karena anak-anak tidak dapat mendriskripsikan nyeri, gangguan sensori dan sirkulasi atau tanda-tanda komplikasi lainya, maka diperlukan observasi klinis yang reguler dan kompeten.
Gips sebaiknya digunakan pada fraktur yang telah berhasil direduksi. Status sirkulasi dan neurologis distal dari fraktur harus diperiksa secara reguler.
Open treatment
Beberapa indikasi untuk penatalaksanaan operasi pada anak meliputi :
  1. fraktur displaced epifisis
  2. fraktur displaced intrartikuler
  3. fraktur tidak stabil
  4. multiple fraktur
  5. fraktur terbuka
  6. fraktur femur pada remaja
  7. fraktur leher femur
  8. fraktur dengan luka bakar
  9. Closed treatment yang gagal atau tidak stabil
  10. Closed treatmen dengan kemungkinan kegagalan yang tinggi
  11. fraktur patologis
  12. Cidera neurovaskuler
Pada dasarnya tujuan dilakukan operasi terbuka menurut Tscherne & Gotzen adalah :
  1. Menyelamatkan nyawa
  2. Menyelamatkan anggota gerak
  3. Menghindari infeksi
  4. Memelihara fungsi
Tipe-tipe fiksasi
Fiksasi dapat dilakukan dengan open reduction and internal fixsation (ORIF), closed reduction dan internal fixsation (CRIF).
Indikasi fiksasi interna dengan operasi terbuka telah dikemukakan di atas. Sedangkan indikasi fiksasi eksterna, di antarnya adalah :
  • Fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan yang masif
  • Memberikan fiksasi yang instan dalam kasus politrauma
  • Panatalaksanaan fraktur dengan defisiensi simpanan tulang atau infeksi
Traksi
Traksi dapat dilakukan melalui kulit atau tulang. Kulit hanya mampu menanggung beban traksi sekitar 5 kg pada dewasa. Jika dibutuhkan lebih dari ini maka diperlukan traksi melalui tulang. Traksi tulang sebaiknya dihindari pada anak-anak karena growth plate dapat dengan mudah rusak akibat pin tulang.
Indikasi traksi kulit diantaranya adalah untuk anak-anak yang memerlukan reduksi tertutup, traksi sementara sebelum operasi, traksi yang memerlukan beban < 5 kg untuk menjaga reduksi.
Traksi kulit sebaiknya dipilih bahan yang hipoalergenik (ex, Elastoplast) untuk pasien yang alergi dengan bahan yang biasa atau pada orang tua dimana kulitnya telah rapuh.
Kontraindikasi traksi kulit yaitu bila terdapat luka atau kerusakan kulit serta traksi yang memerlukan beban > 5 kg. Akibat traksi kulit yang kelebihan beban di antaranya adalah nekrosis kulit, obstruksi vaskuler, oedem distal, serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.
Traksi tulang dilakukan pada dewasa yang memerlukan beban > 5 kg, terdapat kerusakan kulit, atau untuk penggunaan jangka waktu lama.
Kontratraksi diperlukan untuk melawan gaya traksi, yaitu misalnya dengan memposisikan tungkai lebih tinggi pada traksi yang dilakukan di tungkai.
3
Gambar 3. Traksi kulit pada tungkai
Beberapa penatalaksanaan fraktur pada anak
Fraktur klavikula
Klavikula adalah daerah tulang tersering yang mengalami fraktur. Letak tersering adalah di antara 1/3 tengah dan lateral. Fraktur klavikula dapat sebagai akibat dari cidera lahir pada neonatus. Diagnosis dengan mudah dibuat dengan evaluasi fisik dan radiologis. Pasien akan menderita nyeri pada pergerakan bahu dan leher. Pembengkakan local dan krepitus dapat tampak. Cidera neurovaskuler jarang terjadi. Radiografi klavikula AP biasanya cukup untuk diagnosis. Fraktur klavikula pada neonatus biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut. Kalus yang teraba dapat dideteksi beberapa minggu kemudian. Pada anak-anak yang lebih tua, imobilisasi bahu (dengan balutan seperti kain gendongan atau yang mampu menyandang/memfiksasi bagian lengan bawah dalam posisi horizontal melawan batang tubuh) sebaiknya digunakan untuk mengangkat ekstremitas atas untuk mengurangi tarikan ke bawah pada klavikula distal. Kalus yang dapat dipalpasi dapat dideteksi beberapa minggu yang kemudian akan remodel dalam 6-12 bulan. Fraktur klavikula biasanya sembuh dengan cepat dalam 3-6 minggu.
Fraktur proksimal humerus
Biasanya akibat jatuh ke belakang dalam lengan yang ekstensi. Cidera neurovaskular jarang. Akan tetapi, kerusakan saraf aksila harus dicurigai jika pasien merasakan fungsi deltoid yang tidak normal dan parestesia atau anesthesia sepanjang aspek bahu lateral. Penatalaksanaan dengan immobilisasi lengan dengan “sling-and swathe” (balutan papan elastis yang memfiksasi humerus melawan tubuh) selama 3-4 minggu. Karena potensi remodelling yang signifikan pada daerah ini, deformitas dalam derajat tertentu masih dapat diterima. Fraktur dengan angulasi yang ekstrim (lebih dari 900) dapat memerlukan reduksi dengan operasi.
Fraktur suprakondiler humerus
Fraktur suprakondiler (metafisis humerus distal daerah proksimal dari siku) adalah fraktur siku yang paling sering pada anak-anak. Terjadi sering pada usia antara 3 -10 tahun. Pasien akan menahan lengan dalam pronasi dan menolak untuk fleksi karena nyerinya. Cidera neurovascular sering terjadi pada displacement yang berat. Karena mengalir a.brachialis maka cidera sebaiknya ditangani sebagai emergensi akut. Pembengkakan, jika berat, dapat menghambat aliran arteri atau vena. Pemeriksaan neurovascular yang cermat diperlukan. Compartment syndrome pada lengan bawah volar dapat terjadi dalam 12-24 jam. Volkmann’s contracture karena iskemia intrakompartemen dapat mengikuti. Pin sering digunakan untuk memfiksasi fraktur setelah reduksi terbuka atau tertutup. Fraktur suprakondiler yang umumnya tanpa gangguan neurovaskular dapat dibidai dengan posisi siku fleksi 900, dan lengan bawah dibidai dalam pronasi atau posisi netral.
Fraktur kondilus lateral
Fraktur kondilus lateral adalah akibat jatuh dimana kaput radialis pindah ke kapitelum humerus. Fraktur gunting oblik permukaan sendi lateral sering terjadi. Biasanya disertai pembengkakan yang berat meskipun fraktur tampak kecil pada X-ray. Risiko tinggi malunion dan nonunion pada fraktur ini tinggi. Karena growth plate dan permukaan sendi displaced, reduksi terbuka dan fiksasi dengan pin perkutaneus mungkin diperlukan. Gips tanpa pinning mungkin cukup memuaskan untuk fraktur non-displaced.
Fraktur kaput radialis
Fraktur kaput radialis sering didiagnosis secara klinis karena biasanya sulit untuk terlihat dengan X-ray. Patsien mengalami nyeri yang berat tersering dengan supinasi atau pronasi sedangkan nyeri yang ringan biasanya dengan fleksi atau ekstensi siku. Leher radius dapat mengalami angulasi hingga 70-800. Angulasi 450 atau kurang biasanya akan remodel secara spontan. Manipulasi tertutup diperlukan pada angulasi yang lebih besar.
Fraktur buckle atau torus
Fraktur ini pada metafisis radius distal adalah sering. Biasanya akibat jatuh dengan bersandar dengan pergelangan tangan dalam dorsofleksi. Fraktur adalah impaksi dan terdapat pembengkakan jaringan lunak yang ringan atau perdarahan. Biasanya terdapat fraktur ulna distal yang berhubungan dengan fraktur distal radius ini. Penatalaksanaan dengan short-arm cast (gips lengan pendek). Fracture biasanya sembuh dalam 3-4 minggu.
42
Gambar 4. Fraktur Buckle (Torus)
Fraktur Monteggia dan Galeazzi
Adalah fraktur pada pertengahan atau proksimal ulna dengan dislokasi kaput radius. Ketika fraktur proksimal atau pertengahan ulna dicurigai atau ditemukan termasuk fraktur olekranon, inspeksi teliti alignment kaput radialis dengan capitellium harus dilakukan. Reduksi tertutup pada dislokasi kaput radialis diperlukan dengan reduksi ulna dan gips fraktur ulna.
Sedangkan fraktur Galeazzi meliputi fraktur radius yang lebih distal dengan dislokasi distal radioulnar joint. Fraktur radius ini ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna dengan plate dan screw. Dislokasi ulna biasanya memerlukan posisi lengan bawah dalam supinasi untuk mencapai reduksi
5
Gambar 5. Variasi Fraktur Monteggia
6
Gambar 6. Rontgen Fraktur Galeazzi
Fraktur panggul, leher femur, dan batang femur
Fraktur panggul biasanya akibat kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan saat bersepeda, atau jatuh dari ketinggian. Pasien tampak nyeri dengan pergerakan panggul yang pelan. Terdapat risiko tinggi pada anak-anak untuk mengalami nekrosis vascular dan gangguan pertumbuhan karena deformitas akibat gangguan vascular yang ada pada fisis. Fraktur leher femur merupakan fraktur yang tidak stabil dan juga memiliki risiko tinggi seperti di atas karena kaya akan pembuluh darah yang mensuplai fisis. Penatalaksanaan sebagai emergensi dengan ORIF dengan screw untuk menstabilisasi.
Fraktur batang femur merupakan hasil dari trauma dengan gaya yang tinggi. Meskipun kebanyakan fraktur femur tertutup, perdarahan ke dalam jaringan lunak di paha mungkin mengakibatkan kehilangan darah yang signifikan. Fraktur batang femur dapat menimbulkan pemendekan dan angulasi ke longitudinal akibat tarikan otot dan spasme. Restorasi panjang dan alignment dicapai dengan traksi longitudinal. Overgrowth kira-kira 1-2,5 cm sering terjadi pada fraktur femur pada anak-anak antara 2-10 tahun. Gips digunakan pada kelompok usia ini untuk pemendekan beberapa sentimeter. Reduksi sempurna tidak diperlukan karena remodeling begitu cepat. Penyambungan solid (union) biasanya tercapai dalam 6 minggu.
REFERENSI
1. Delahay, Lauerman. Children Orthopaedic. Wiesel et al. Essentials of Orthopedic Surgery. Washington : WB Saunders Co. 2007
2. Alonso. Children’s Fracture. Colton et al. AO Principles of Fracture Management. New York : AO Pub. 2000
3. Uliasz. Case Based Pediatrics For Medical Students and Residents. Hawaii : Department of Pediatrics, University of Hawaii John A. Burns School of Medicine. 2002
4. Mehlman. Physeal Fracture. Kocher (Editor). www.emedicine.com. Last update : sept 6, 2007